Puisi kritik pemerintahan. “Dalam Perjamuan Para Dewa Palsu”
Di atas tempuk kuasa meja megah bersulang
Meneguk anggur kekuasaan potentia corrupta
Sementara perut kecil di lorong-lorong gelap berbunyi
Hanya asin keringat ayah dan air mata ibu yang mereka santapi
Mereka yang disebut mantrī,
Bermahkota emas dari pajak darah kami
Menari dalam istana bernama adharma duniawi
Ketidakadilan yang disulap jadi janji
Kau lihat mereka tertawa riang hati
Sementara rakyat berjalan dalam bayang lapar yang ngeri
Janapada dijual murah pada oligarki
Daridra rakyat hanya angka statistik tak diamati
Sedangkan para mahārāja palsu duduk di kursi
Menyembah mammon bukan keadilan sejati
Mereka berkhotbah tentang pembangunan dan janji
Jangankan istana bahkan hanya gubuk kecil itu sulit sekali
Veritas kebenaran dikebiri
Media menjadi cermin buram kekuasaan negri
Sementara Vox populi seperti gangguan tak berarti
Mereka hanya mendengar tepukan tangan di iringi puji
Vox populi seperti kutipan mati
Ditelan gedung-gedung tinggi
Gema yang tak sampai menyentuh titik nadi
Tak ada lagi kata suci
Sementara rakyat pribumi
Masih menggenggam harap yang tak pasti
Di antara reruntuh sistem negri
Menanti mahavira bagai mentari
Wahai para penjaga negri
Ingatlah Karma pasti terjadi
Atas janji-janji yang telah di ingkari
Jiwa kalian telah ditunggu di Amenti