Selasa, 15 Juli 2025

Puisi kritik pemerintahan. “Dalam Perjamuan Para Dewa Palsu”

Di atas tempuk kuasa meja megah bersulang

Meneguk anggur kekuasaan potentia corrupta

Sementara perut kecil di lorong-lorong gelap berbunyi

Hanya asin keringat ayah dan air mata ibu yang mereka santapi


Mereka yang disebut mantrī,

Bermahkota emas dari pajak darah kami

Menari dalam istana bernama adharma duniawi

Ketidakadilan yang disulap jadi janji


Kau lihat mereka tertawa riang hati

Sementara rakyat berjalan dalam bayang lapar yang ngeri

Janapada dijual murah pada oligarki

Daridra rakyat hanya angka statistik tak diamati


Sedangkan para mahārāja palsu duduk di kursi

Menyembah mammon bukan keadilan sejati

Mereka berkhotbah tentang pembangunan dan janji

Jangankan istana bahkan hanya gubuk kecil itu sulit sekali


Veritas kebenaran dikebiri

Media menjadi cermin buram kekuasaan negri

Sementara Vox populi seperti gangguan tak berarti

Mereka hanya mendengar tepukan tangan di iringi puji


Vox populi seperti kutipan mati

Ditelan gedung-gedung tinggi

Gema yang tak sampai menyentuh titik nadi

Tak ada lagi kata suci


Sementara rakyat pribumi

Masih menggenggam harap yang tak pasti

Di antara reruntuh sistem negri

Menanti mahavira bagai mentari



Wahai para penjaga negri

Ingatlah Karma pasti terjadi

Atas janji-janji yang telah di ingkari

Jiwa kalian telah ditunggu di Amenti

Comments